Catatan Dari Posko Negarawan Pandan Wangi, Puncak Selatan, Bogor

    155

    Trieknews.com-Untuk mencari titik temu dari program GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) yang hendak digelindingkan oleh Posko Negarawan diantaranya adalah kampus terpadu Universitas Nusantara dan Pusat Kajian Pelestarian dan Pengembangan Peradaban Dunia (PKP3D), Tim GMRI kembali menyambangi Posko Negarawan di Pandan Wangi, Puncak Selatan Bogor, Jawa Barat, pada Jum’at, 4 November 2022.

    Usai ba’da Jum’at, pertemuan dengan Kolonel Laut Yudi Hidayat, Kepala Dinas Perawatan Personil Balurjalbar selaku kuasa usaha lahan yang diidealkan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan dan aktivis sosial di Pandan Wangi itu, berlangsung lebih santai sambil minun kopi dan membahas beragam program yang dapat dilakukan bersama.

    Ikut hadiri mendampingi Eko Sriyanto Galgendu dari GMRI serta Posko Negarawan  Prof. Yudhi Haryono, Pangeran Syani Nurdin yang juga acap disebut Dharma Wisangga dan kawan-kawan seusai makan  siang langsung menuju lokasi Posko Negarawan di Kawasan Pandan Wabgi, Puncak Bogor.

    Mulai dari topik acara rekonsiliasi masyarakat adat dan Keraton Bali bersama Pajajaran yang akan dilakukan pada 22 November 2022 di Kawali, Ciamis Jawa Barat, sampai acara Pembacaan Puisi Negarawan untuk para Pahlawan  pada 10 November 2022 akan dilaksanakan  di Kantor Pusat Posko Negarawan Jl. Ir. H. Juanda No. 4 Jakarta Pusat. Sedangkan untuk Pesamuan Agung pada 11 Maret 2023 akan di Balai Kirti, Istana Bogor.

    Upaya mengerahkan kembali ikatan persaudaraan antara Majapahit dan Panjajaran yang akan dipusatkan di  Ciamis pada 22 November 2022, kata Eko Sriyanto Galgendu sedang dipastikan koneksitasnya dengan sejumlah event maupun  daerah kunjungan yang akan masuk dalam rute napak tilas di Jawa Barat  dan sekitarnya.

    Topik diskusi Posko Negarawan di Pandan Wangi semakin meluas dengan sambutan Kang Tedja dan kawan-kawan hingga meliputi keleluasan tafsir dari kekayaan simbol yang termuat dalam bahasa Jawa, misalnya yang memiliki bobot spiritual yabg sangat tinggi. Sehingga untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pun tak cukup mampu terwakili semua kandungan makna yang ada di dalamnya. Apalagi bila hendak diterjemahkan dalam cahaya asing, yang tidak cukup mempunyai  khazanah prasa maupun ruh yang hendak diungkap oleh ekspresi bahasa asli suku bangsa Nusantara yang sangat kaya ornamen maknya itu.

    Demikian pula kisah awal bermulanya gagasan yang mendorong kelahiran GMRI oleh sejumlah tokoh bangsa, sehingga upaya untuk terus mencari dan menemukan sosok-sosok yang mau mengabdi penuh keikhlasan untuk negara dan bangsa Indonesia, seperti pesan dari Susuhunan Paku Buwono XII kepada Eko Sritanto Galgendu, menjadi bagian dari wasiat yang tertuang dalam akte resmi GMRI untuk dilanjutkan dalam berbagai bentuk aktivitas nyata demi dan untuk orang banyak.

    Pada titik temu inilah segenap aktivitas dan kegiatan serta program jangka pendek maupun program jangka panjang GMRI akan terus didefrensiasikan dalam beragam bentuk dan wujud seperti mengidealkan segera berdirinya Universitas Nusantara yang mengakar pada peradaban warisan para leluhur seperti yang pernah dicapai pada masa lalu melalui budaya agraris dan maritim di bumi Nusantara.

    Seperti Mandala yang hilang, kata Pangeran Syani Nurdin atau Dharma Wisangga, atau hilangnya situs BP7 yang pernah ada semasa Orde Baru yang kini ikut hilang atau dihilangkan kata, Prof. Yudi Haryoni berikut Pancasila yang unik dan menarik itu, kata Yudie Haryono dalam nada selorohnya dari Yudi Latif ke Yudian Wahyudi sekarang, persis seperti UKP yang kemudian menjadi BPIP.

    Sejumlah nilai sejarah yang hilang atau dilupakan itu, imbuhnya seperti kebenaran dari arsitek perancang Candi Brobudur Gunadharma yang dilupakan banyak orang itu. Padahal, sebagai geologi ketika itu, latar belakang pendidikan Gunadgarma pun pasti menarik jadi obyek kajian. Artinta, yang tidak kalah menarik dari sejumlah wujud komplek percandian itu bukan cuma sebatas materi. Tapi juga beragam  misteri serta muatan spiritual yang tersembunyi di dalamnya. Seperti beragam jumlah dan bentuk warisan Pusaka budaya para leluhur bangsa Nusantara yang gayah dan juga perkasa untuk berbagai hal dan bidang. (Erest)

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini